Wednesday, 21 March 2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA (SIMPANG BERSINYAL)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Simpang

Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di dartah perkotaan biasanya banyak memiliki simpang, dimana pengemudi harus memutuskan untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk mencapai satu tujuan. Simpang dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di dalamnya(Khsty, 2005).
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : (1) simpang sebidang, (2) pemisah jalur jalan tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang susun). Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana dua jalan atau lebih bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah simpang dan membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang/lengan simpang atau pendekat.
Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu mempertimbangkan elemen dasar yaitu :
a.       Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan keputusan, dan watu reaksi.
b.      Pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas, pergerakan berbelok, kecepatan kendaraan. Ukuran kendaraan. Dan penyebaran kendaraan,
c.       Elemen fisik, seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometrik.
d.      Faktor ekonomi, seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.



B.     Definisi Simpang Bersinyal

Beberapa definisi umum yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan permasalahan simpang bersinyal diantaranya adalah :
a.       Tundaan (delay) adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan dengan lintasan tanpa melalui simpang (detik).
b.      Panjang antrian (queue length) adalah panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat (meter).
c.       Antrian (queue) adalah jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat (kendaraan;smp).
d.      Fase (phase stage) adalah bagian sari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas.
e.       Waktu siklus (cycle time) adalah waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal (detik).
f.       Waktu hijau (green time) adalah waktu nyala lampu hijau dalam suatu pendekat (detik).
g.      Rasio hijau (green ratio) adalah perbandingan waktu hijau dengan waktu siklus dalam suatu pendekat.
h.      Waktu merah semua (all red) adalah waktu sinyal merah menyala secara bersamaan pada semua pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan (detik).
i.        Waktu antar hijau (inter green time) adalah jumlah antara periode kuning dengan waktu merah semua antara dua fase sinyal yang berurutan (detik).
j.        Waktu hilang (lost time) adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap atau beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu hijau dalam semua fase yang berurutan (detik).
k.      Derajat kejenuhan (degree of saturation) adalah rasio dari arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat.
l.        Arus jenuh (saturation flow) adalah besarnya keberangkatan antrian didalam suatu pendekat selama kondisi yang ditentukan (smp/jam hijau).
m.    Oversaturated adalah suatu kondisi dimana volume kondaraan yang melewati suatu pendekat melebihi kapasitasnya.

C.     Tujuan pengaturan simpang bersinyal

Simpang bersinyal dalam kaitannya dengan konsep kapasitas perlu mempertimbangkan adanya alokasi waktu pada simpang bersinyal tersebut. Dalam suatu sinyal lalu lintas, secara prinsip memberikan alokasi waktu selama terjadinya konflik pergerakan lalu lintas dimana pergerakan lalu lintas tersebut mencari kebutuhan ruang yang sama. Cara dalam memberikan alokasi waktu tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kapsitas simpang dan pendekat-pendekatnya.
Metodologi yang dipegunakan dalam melalukan perhitungan kinerja simpang bersinyal didasarkan pada kasitas simpang. Untuk melakukan evaluasi terhadap kapasitas simpang dilihat berdasarkan perbandingan antara arus yang terjadi dengan kapasitasnya. Sedangkan untuk mengevaluasi tingkat pelayanan simapng bersinyal didasarkan pada rata-rata tundaan henti pada tiap kendaraan.
Pada umumnya pengaturan lalu lintas dengan menggunakan sinyal digunakan untuk beberapa tujuan, yang antara lain adalah :
a.         Menghindari terjadinya kemacetan pada simpang yang disebabkan oleh adanya konflik arus lalu lintas yang dapat dilakukan dengan menjaga kapasitas yang tertentu selama kondisi lalu lintas puncak.
b.        Memberi kesempatan kepada kendaraan lain dan atau pejalan kaki dari jalan simpang yang lebih kecil untuk memotong jalan utama.
c.         Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat pertemuan kendaran yang berlawanan arah.



D.    Manajemen dan rekayasa lalu lintas

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 43 tahun 1993 pasal 2, manajemen lalu lintas meliputi kegiatan :
a.         Perencanaan lalu lintas yang meliputi kegiatan :
1.    Inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan.
2.    Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan.
3.    Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas.
4.    Penyusun rencana dan program pelaksanaan perwujudannya.
b.        Pengaturan lalu lintas yang meliputi kegiataan penetapan kebijaksanaan lalu lintas padajaringan atau ruas-ruas  jalan tertentu.
c.         Pengawasan lalu lintas yang meliputi kegiataan :
1.    Pemantuan dan penilian terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
2.    Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
d.        Pengendalian lalu lintas yang meliputi :
1.    Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan.
2.    Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
Untuk mewujudkan tujuan manajemen lalu lintas sebagaimana dimaksud diatas, diperlukan dukungan perangkat keras sehingga diperlukan rekayasa lalu lintas yang meliputi kegiatan antara lain :
a.         Perencanaan yang meliputi kegiatan :
1.    Kebutuhan       : memuat jumlah dan jenis perlengkapan pada setiap lokasi.
2.    Pengadaan       : memuat alokasi pengadaan dan distribusi.
3.    Pemasangan     : memuat jadwal pemasangan.
4.    Pemeliharaan   : memuat kegiatan rutin pemeliharaan seluruh perlengkapan jalan.
5.    Penyusunan program perwujudannya merupakan program menyeluruh baik rencana kegiatan maupun keuangan.
b.        Pelaksanaan program meliputi kegiataan pengadaan, pemasangan dari pemeliharaan serta penghapusan.
Pada dasarnya, manajemen lalu lintas adalah merupakan suatau perencanaan transportasi jangka pendek (operational planning). Manajemen lalu lintas berhadapan dengan arus lalu lintas dan prasara yang ada, serta bagaimana mengorganisasikannya agar dapat mencapai tujuan kerja secara keseluruhan yang terbaik.
Tujuan pokok dari manajemen lalu lintasa adalah memaksimumkan penggunaan sistem jalan yang ada dan meningkatkan keamanan jalan tanpa merusak kualitas lingkungan. Konsep penangaanan pada manajemen lalu lintas berbasis pada konsep low cost improvment dengan time horizon jangka pendek, sehingga manajemen lalu lintas adalah suatu strategi yang mendesak.
Dalam melakukan identifikasi masalah pada suatu skema manajemen lalu lintas kriteria obyektif yang dipergunakan untuk mengevaluasi sistem diantaranya adalah : total waktu perjalanan, tingkat keselamatan, biaya perjalanan, kenyamanan, lingkungan dan konservasi energi.
Terdapat 3(tiga) strategi umum dalam manajemen lalu lintas, dimana ketiganya tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Sebaliknya ketiganya dimungkinkan untuk dikombinasikan sebagai bagian dari skema penanganan manajemen lalu lintas. Adapun strategi yang dimaksud adalah :manajemen terhadap kapasitas, manajemen prioritas dan manajemen terhadap permintaan.
E.     Konflik lalu lintas simpang

Didalam daerah simpang, lintasan kendaraan akan berpotongan pada satu titik-titik konflik. Konflik ini akan mengkambat pergerakan dan juga merupakan lokasi yang berpotensial untuk terjadinya tabrakan (kecelakaan). Arus lalu lintas yang terkena konflik pada suatu simpang mempunyai tingakah laku yang komplek, setiap gerakan berbelok (ke kiri atau ke kanan) ataupun lurus masing-masing menghadapi konflik yang berbeda dan berhubungan langsung dengan tingkah laku gerakan tersebut.

F.      Titik konflik pada simapng
Didalam daerah simpang lintasan kendaraan akan berpotongan pada satu titik-titik konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga merupakan lokasi yang berpotensial terjadinya tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial titik-titik konflik pada simpang tergantung dari :
a.         Jumlah kaki simpang
b.        Jumlah lajur dari kaki simpang
c.         Jumlah pengaturan simpang
d.        Jumlah arah pergerakan
















1 comment:

  1. terima kasi banyak ya min. artikel ini sangat berguna dan berfungsi bagi orang orang yang belum mengerti seperti saya , teruslah berkarya ya min ^^ semoga anda sukses dan sehat selalu ya min
    jangan lupa juga kunjungi website saya di :
    bandarq terpercaya

    terima kasih salam hormat

    ReplyDelete

Contact Form

Name

Email *

Message *