Analisis Stabilitas Lereng
1. Umum
Intake PDAM direncanakan mengambil
air dari sungai Progo, dan berada pada bagian tepi sungai yang berbatasan
dengan lereng setinggi 19,65 m dengan kemiringan rata-rata 2 H : 3 V. Oleh karena untuk memperoleh ruang area Intake
PDAM memerlukan pemotongan lereng setinggi 19,65 m dengan kemiringan rata-rata
1 H : 4 V. Konstruksi intake sedalam 11,5 m dilaksanakan dengan galian tegak 90o
sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Studi analisis keamanan lereng dan galian
dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya kelongsoran yang mungkin terjadi pada
proses pelaksanaan pemotongan lereng, galian intake dan selama pelaksanaan
konstruksi intake dan juga talud pada lereng. Laporan ini berisi analisis
stabilitas lereng dan galian menggunakan metode finite elemen (finite element
method, FEM), pada proses pemotongan lereng dan galian intake.
Gambar 1. Potongan
melintang konstruksi talud dan intake.
2. Kemiringan dan Perlapisan
Tanah Lereng Kondisi Eksisting
Untuk mengevaluasi kondisi lereng eksisting dilakukan survai
dilokasi pekerjaan. Gambar 2 menunjukkan secara visual lereng ditutupi oleh
pohon-pohon, sehingga berkesan cukup landai, namun demikian keadaan
sesungguhnya cukup curam karena pohon-pohon tumbuh pada arah horizontal. Tanah
permukaan berupa tanah pasir berlanau berwarna coklat dan terdapat akar pohon
pada bagian atas. Hasil pengukuran detail topografi menunjukkan bahwa lereng
memiliki kemiringan rata-rata 2 H : 3 V sebagaimana tampak pada Gambar 1. Uji pemboran dalam dilakukan pada kaki lereng
dan tepi sungai sebanyak 1 (satu) titik sedangkan 2 (dua) titik sondir dan 1
(satu) titik bor dangkal dilakukan di lokasi rumah pompa. Hasil uji bor dalam
menunjukkan bahwa perlapisan tanah pada tepi sungai berupa pasir kasar disetai
kerikil dan batu-batu besar (boulder) dengan kepadatan tinggi yang ditunjukkan
dari nilai Nspt > 50. Hasil uji sondir dan bor dangkal menunjukkan lapisan
tanah keras dengan nilai tahanan ujung qc > 220 kg/cm2
ada pada kedalaman 2-3 m dari permukaan tanah. Secara umumdari hasil
penyelidikan tanah dan lokasi dapat diperkirakan bahwa perlapisan tanah di
lereng area intake terdiri atas 2 lapisan yaitu : 1) tanah permukaan berupa
tanah pasir berlanau dengan ketebalan 2 – 3 m dan 2) tanah pasir bercampur
kerikil dan batu-batu besar yang ada pada kedalaman 2-3 m dari permukaan tanah.
Gambar 2. Survai lokasi.
3. Analisis FEM
Analisis FEM dilakukan untuk memodelkan tahap-tahap pelaksanaan
konstuksi (construction stage) pemotongan lereng dan galian intake. Setiap
tahap dilakukan analisis angka keamanan, SF yang menggambarkan tingkat keamanan
lereng sekaligus dibandingkan dengan persyaratan angka keamanan yang harus
dipenuhi.
3.1.
Model Geometri.
Berdasarkan hasil survai lokasi,
penyelidikan tanah dan pengukuran topografi, kondisi perlapisan tanah eksisting
dimodelkan dalam analisis FEM sebagai model
geometri seperti terlihat pada Gambar 3. Dalam model geometri perlapisan tanah
terdiri atas dua lapisan yaitu: tanah pasir yang bercampur lanau selanjutnya
disebut sebagai tanah permukaan, dan pasir bercampur boulder yang “tersementasi” ringan. Kedua lapisan tanah dimodelkan
dengan model mohr-coloumb.
Parameter tanah yang digunakan dalam
analisis diperoleh dari analisis balik dengan asumsi angka aman, (safety
factor, SF) kondisi lereng eksisting 1,3, juga dengan mempertimbangkan hasil
pengujian lapangan dan laboratorium. Pasangan
batu dimodelkan sebagai tanah dengan modulus elastisitas, kohesi dan sudut
gesek dalam sangat tinggi. Nilai parmeter tanah yang digunakan dalam analisis
dapat dilihat pada Table 1.
Keterbatasan jumlah titik (hanya
satu titik bor mesin pada bagian kaki lereng) menyebabkan elevasi perlapisan
tanah pada area lereng tidak diketahui, oleh karena itu dilakukan dua simulasi,
yaitu simulasi 1. Anggapan bahwa tanah keras pasir bercampur boulder yang
“tersementasi” ringan ada pada elevasi dangkal mengikuti bentuk lereng dan simulasi
2. Anggapan bahwa tanah keras pasir
bercampur boulder yang “tersementasi” ringan pada bagian lreng hampir lurus h orizontal
dengan elevasi hampir sama dengan elevasi lapisan tanah keras pasir bercampur boulder yang
“tersementasi” ringan di bagian kaki lereng.
Tabel 1. Parameter
Tanah.
Lapisan Tanah
|
Berat volume kering, gk (kN/m3)
|
Berat volume basah, gb
(kN/m3)
|
Modulus elastisitas, E
(kN/m2)
|
Kohesi, c (kN/m2)
|
Sudut gesek dalam, f
(o)
|
Pasir Permukaan
|
17
|
20
|
20000
|
25
|
40
|
Pasir Dalam
|
17
|
20
|
120000
|
45
|
25
|
Pasangan Batu
|
24
|
24
|
200000
|
200
|
45
|
(a)
(b)
Gambar 3. Geometri model a) simulasi 1 dan
b) simulasi 2
3.2. Analisis Stabilitas
Lereng
Tahap 1
Pemotongan lereng sampai dengan 5 m bagian atas sebagaimana terlihat
pada Gambar 4. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk simulasi 1 deformasi
maksimal yang terjadi adalah 54,65 mm dan angka aman SF=1,36 sedangkan simulasi
2 deformasi maksimal yang terjadi adalah 95,10 mm dan angka aman SF=1,43.
(a)
(b)
Gambar 4. Deformasi tahap 1 a) simulasi 1
dan b) simulasi 2
Tahap 2
Pemotongan lereng sampai dengan 9 m bagian atas sebagaimana terlihat
pada Gambar 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk simulasi 1 deformasi
maksimal yang terjadi adalah 53,62 mm dan angka aman SF=1,38 sedangkan simulasi
2 deformasi maksimal yang terjadi adalah 95,36 mm dan angka aman SF=1,43.
(a)
Gambar 5. Deformasi tahap 2 a) simulasi 1
dan b) simulasi 2
Tahap 3
Pemotongan lereng sampai dengan 13 m bagian atas sebagaimana
terlihat pada Gambar 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk simulasi 1
deformasi maksimal yang terjadi adalah 47,54 mm dan angka aman SF=1,25 sedangkan
simulasi 2 deformasi maksimal yang terjadi adalah 83,51 mm dan angka aman
SF=1,25. .
(a)
(b)
Gambar 6. Deformasi tahap 3
a) simulasi 1 dan b) simulasi 2
Tahap 4
Pemotongan lereng sampai dengan 17 m bagian atas sebagaimana
terlihat pada Gambar 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk simulasi 1
deformasi maksimal yang terjadi adalah 43,22 mm dan angka aman SF=1,07 sedangkan
simulasi 2 deformasi maksimal yang terjadi adalah 82,95mm dan angka aman
SF=1,07.
(a)
Gambar 6. Deformasi tahap 4 a) simulasi 1
dan b) simulasi 2
Tahap 5
Pemotongan lereng sampai dengan elevasi talud eksisting bagian atas atau
kaki lereng sebagaimana terlihat pada Gambar 7. Hasil analisis menunjukkan
bahwa untuk simulasi 1 deformasi maksimal yang terjadi adalah 43,33 mm dan
angka aman SF=1,07 sedangkan simulasi 2 deformasi maksimal yang terjadi adalah
85,45mm dan angka aman SF=1,07.
(a)
(b)
Gambar 1. Deformasi tahap 5 a) simulasi 1
dan b) simulasi 2
Tahap 6
Galian intake sampai dengan kelaman -6,0 m dari elevasi talud bagian
atas sebagaimana terlihat pada Gambar 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
tahapan ini terjadi keruntuhan tanah pada lereng baik pada simulasi 1 maupun
simulasi 2.
(a)
(b)
Gambar 7. Deformasi tahap 6 a) simulasi 1
dan b) simulasi 2
Rangkuman hasil analisis stabilitas lereng kodisi lereng eksisting
sampai dengan tahap 6 dapat dilihat pada Tabel 2, Gambar 8 dan Gambar 9. Pada pemotongan lereng tahap 4 dan tahap 5
baik pada simulasi letak tanah keras pasir tersementasi mengikuti kemiringan
lereng (simulasi 1) maupun hampir sejajar elevasi tanah keras pasir
tersementasi di tepi lereng (simulasi 2) diperoleh nilai nilai angka aman, SF
lereng yang sama yaitu 1,07. Hal ini
menunjukkan bahwa mulai tahap 4 simulasi letak tanah keras pasir tersementasi
tidak berpengaruh pada stabilitas/keamanan lereng. Hasil analisis stabilitas
lereng kedua simulasi juga menunjukkan bahwa keruntuhan terjadi pada tahap 6, yaitu
ketika pekerjaan galian intake sampai dengan -6,0 m dari elevasi talud bagian
atas.
Tabel 2. Angka aman, SF hasil analisis.
|
Angka aman, SF
|
||||||
Tahap konstruksi
|
Lereng Eksisting
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Simulasi 1
|
1,30
|
1,36
|
1,38
|
1,25
|
1,07
|
1,07
|
Runtuh
|
Simulasi 2
|
1,32
|
1,43
|
1,43
|
1,25
|
1,07
|
1,07
|
Runtuh
|
Gambar 8. Angka aman, SF
hasil analisis stabilitas lereng kondisi eksisting – tahap 6 simulasi 1
Gambar
9. Angka aman, SF hasil analisis stabilitas lereng kondisi eksisting – tahap 6
simulasi 2
4. Kesimpulan
1.
Keruntuhan terjadi pada tahap
galian intake sampai dengan kededalaman -6.0 m dari elevasi talud bagian atas.
2.
Angka aman, SF terkecil 1,07
terjadi pada tahap 4 yaitu ketika pemotongan lereng mencapai ketinggian 8-9 m
diatas elevasi talud bagian atas.
0 comments:
Post a Comment