Problem Transportasi di Indonesia
1. Kerusakan Jaringan Jalan
Kerusakan jaringan jalan dapat mengakibatkan kemacetan
atau bahkan kecelakaan lalu lintas bila tidak segera ditangani dengan baik.
Kerusakan jaringan jalan bisa berasal dari struktur perkerasan jalan yang sudah
tidak mampu menampung beban atau akibat bencana alam seperti pengikisan lapisan
jalan akibat banjir, tertutupnya akses jalan akibat tanah longsor dan lain
sebagainya.
Gambar 1.1 Jalan Rusak
Daerah yang biasanya sering ditemui memiliki
permalasalahan kerusakan jalan adalah daerah pedesaan,hal ini dikarenakan
kurangnya perhatian pemerintah pada kawasan pedesaan dan lebih terfokus pada
permasalahan di perkotaan yang memang lebih kompleks.
Berdasarkan
masterplan transportasi darat tahun 2005, Kerusakan jalan mengindikasikan
kondisi struktural dan fungsional jalan yang sudah tidak mampu memberikan
pelayanan yang optimal terhadap pengguna jalan, seperti ketidaknyamanan dan
ketidakamanan pengguna jalan mengemudikan kendaraan di atas permukaan jalan
yang bergelombang dan licin. Beberapa faktor penyebab kerusakan jalan
Gambar 1.2 Penyebab Kerusakan Jalan
- Peningkatan beban
Lalu lintas
kendaraan yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. Makin banyak
beban berulang yang terjadi, makin besar tingkat kerusakan jalan. Kerusakan
terjadi jika daya dukung perkerasan lebih kecil dari beban lalu lintas.
2. Air
Air yang
berasal dari air hujan dan naiknya air tanah akibat sifat kapilaritas. Makin
buruk penanganan sistem drainase, makin besar peluang air untuk merusak
konstruksi jalan.
3. Material konstruksi
perkerasan
Makin banyak
kesalahan dalam pemilihan dan perencanaan material konstruksi maka makin
mempercepat kerusakan jalan.
4. Kondisi
tanah dasar yang tidak stabil
Kemungkinan
disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik atau sifat asli tanah
dasarnya memang kurang baik.
5. Iklim dan
cuaca
Indonesia
beriklim tropis dimana temperatur udara rata-rata 32oC yang
memberikan dampak terhadap keamanan aspal yang akhirnya berdampak terhadap
jalan keropos serta curah hujan yang tinggi yang akan masuk ke lubang-lubang
udara (voids) perkerasan jalan.
6. Proses
pemadatan perkerasan di atas tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya
kerusakan yang timbul tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi merupakan
gabungan penyebab yang saling kait mengkait, sebagai contoh, retak pinggir pada
awalnya disebabkan beban lalu lintas parkir/berhenti serta pemadatan waktu
pelaksanaan yang kurang sempurna. Dengan terjadinya retak-retak tersebut,
memungkinkan air meresap masuk ke lapisan di bawahnya yang melemahkan ikatan
antara aspal dan agregat sehingga akan memperluas retak-retak, yang akhirnya
menimbulkan pelepasan batuan
Jika masalah diatas tidak segera diatasi maka akan
timbul masalah baru seperti kemacetan , kecelakaan , dll . Seharusnya masalah
ini harus segera ditangani oleh pemerintah . dengan membuat jalan lagi dengan
kualitas yang baik
2. Pemakaian Kendaraan Pribadi
Lalu lintas di Jakarta didominasi oleh kendaraan
pribadi, jumlah angkutan umum (bus) hanya 4%, sepeda motor 67%, mobil pribadi
23% (Polda Metro Jaya, 2006). Pertumbuhan kendaraan dalam lima tahun terakhir
mencapai 9.5% per tahun (paparan Dirjen Bina Marga ke KKPPI tanggal 18 Desember
2007). Proporsi volume lalu lintas pada beberapa koridor utama adalah: sepeda
motor 60%, sedan 32%. Angkutan umum (mobil penumpang umum-MPU, bus sedang, dan
bus besar) 5% (Kedeputian V Menko Perekonomian, 2007).
Dominasi kendaraan pribadi ini tentu menjadi faktor
terjadinya permasalahan lain sepeti kemacetan lalu lintas serta peningkatan
pembuangan limbah kendaraan ke udara yang bisa mengakibatkan pemanasalan
global. Tingginya angka kepemilikan ini didasari permasalahan
transportasi yang lain yaitu rendahnya kualitas angkutan umum yang ada di
Indonesia. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk membeli kendaraan
pribadi daripada mengendarai angkutan umum yang dianggak kurang nyaman.
Pemakaian Masyarakat yang enggan menggunakan angkutan umum, dikaarenakan
kualitasnya yang rendah serta beberapa alasan lainnya, seperti pengeluaran yang
yang bisa lebih sedikit bila menggunakan kendaraan pribadi daripada ketika
menggunakan angkutan umum , kemudian dengan banyaknya penduduk yang memiliki
kendaraan pribadi, tentu akan menimbulkan kemacetan karena tidak didukung oleh
peningkatan kapasitas jaringan jalan.
Rendahnya kualitas
jalur pedestrian juga menjadi faktor mengapa orang lebih memilih membeli
kendaraan pribadi, karena mereka khawatir dengan keamanan maupun merasa tidak
nyaman menggunakan jalur pejalan kaki.
Gambar 1.3 Kemacetan Lalu-Lintas di
Surakarta
Alternatif Penanganan dengan electronic roadpricing,
pengguna kendaraan pribadi akan dikenakan biaya jika mereka melewati satu area
atau koridor yang macet pada periode waktu tertentu. Pengguna kendaraan
pribadi, akhirnya, harus menentukan apakah akan meneruskan perjalanannya
melalui area atau koridor tersebut dengan membayar sejumlah uang, mencri rute
lain, mencari tujuan perjalanan lain, merubah waktu dalam melakukan perjalanan,
tidak jadi melakukan perjalanan, atau berpindah menggunakan moda lain yang diijinkan
untuk melewati area atau koridor tersebut.
Biaya yang dikenakan juga bertujuan untuk memberikan
kesadaran kepada pengguna kendaraan pribadi bahwa perjalanan mereka dengan
kendaraan pribadi mempunyai kontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian
kepada masyarakat yang tidak mengunakan kendaraan pribadi. ERP diharapkan mampu
mengurangi perjalanan dengan kendaraan pribadi dan mengurangi perjalanan yang
tidak perlu, terutama pada jam-jam sibuk.
Cara kerja dari ERP sendiri adalah seperti jalan tol,
namun masyarakat menggunakan kartu yang cara kerjanya seperti kartu ATM,
sehingga bisa diisi ulang, biaya yang diterapkan berbeda-beda tergantung jam
melintas, kapasitas jalan, serta jenis kendaraan. ERP memiliki alat berupa
gerbang masuk dimana ketika memasuki gerbang tersebutm itu artinya telah masuk
kawasan yang dinilai cukup rawan kemacetan dan masyarakat harus menggesek kartu
prabayar tersebut di vehicle units atau alat gesek yang ada di kendaraan
masing-masing. Kemudian alat di gerbang tersebut akan menerima sensor dari
kendaraan yang melintas, apakah sudah melakukan transaksi pembayaran atau
belum, apabila belum maka kendaraan tersebut akan dikenai denda saat pengurusan
STNK.
3. Masalah Utama Kemacetan Lalu -
lintas
Akibat kemacetan lalu
lintas, kerugian ekonomi diperkirakan mencapai total Rp. 5.8 trilliun / tahun,
Biaya operasional kendaraan menjadi Rp. 3,2 trilliun / tahun [sumber JICA
Transportation master Plan Study 2004]
Masalah Utama Kemacetan di Indonesia :
1. Jumlah pemilik
kendaraan pribadi dan sepeda motor bertambah dengan pesat sedangkan penambahan
jalan hanya 1% / tahun [DGLT 2009]. Pembayaran tol masih manual sehingga
membuat antrian semakin panjang dan traffic kontrol yang tidak optimal.
2. Public Transport dengan system BRT DKI Jakarta, Palembang, Pekanbaru, Bogor,
Semarang, Yogyakarta, dan Solo.
Kondisi BRT saat ini :
Diperlukan adanya informasi kapan bus akan masuk ke areal bus stop.
Membutuhkan Bus
Priority System dan Ruang Kendali untuk bus location system.
3. Pelanggaran, dan kecelakaan:
Jika terjadi kecelakaan di jalan toll, karakteristik toll di Indonesia adalah
terbatasnya pintu keluar dan rute alternatif, imbasnya adalah jalur menjadi
lebih jauh dibandingkan dengan jalur jalan biasa. Kerusakan kendaraan menjadi
10 kali lebih cepat.
Masalah tersebut secara
signifikan akan berdampak pada aktivitas ekonomi dan sosial.
Gambar
1.4 Fleet Monitoring System BRT Transmusi Palembang
Solusinya adalah dengan
menambah kontruksi jalan raya, namun cara ini membutuhkan dana yang tidak sedikit
dan waktu yang lama belum lagi masalah pembebasan lahan. Selain itu diperlukan
sistem transportasi cerdas yang mempu memberikan informasi informasi akurat
sehingga kemacetan dapat di hindari dan diatasi dengan cara :
1. Implementasi
Smartcard, area traffic control, system informasi parkir, CCTV dan Camera, dan
Electronic Road Pricing (ERP).
2. System Integrasi E
Ticket, Non Stop Toll Collection (ETC) yang mampu menghandle 2000 kendaraan
perjam.
0 comments:
Post a Comment