1.1. Analisis
Hidrologi
a)
Analisis
ketersediaan air, kehilangan air dan water balance.
Jenis tanah disekitar lokasi
genangan embung adalah berupa gravel dengan bercampur lanau. Jenis tanah
semacam ini sangat porous, sehingga akan banyak air yang hilang akibat rembesan
baik vertical maupun horizontal. Untuk itu analisis water balance sangat perlu
sekali dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penyimpanan air oleh
embung. Jika ternyata losses akibat rembesan sangat besar dibandingkan debit
yang masuk ke waduk, maka perlu dilakukan treatment pada dasar maupun dinding
kolam sedemikian sehingga water balance yang direncanakan, khususnya dimusim
kemarau dapat dicapai. Water balance tersebut meliputi :
(1) Debit
Aliran Masuk (Inflow)
Debit aliran masuk ke embung
(inflow) terjadi akibat hujan yang jatuh di daerah tangkapan dan di atas kolam
embung itu sendiri. Sebagai pendekatan untuk menghitung inflow pada daerah
tangkapan yang relatif kecil dan data aliran yang relatif tidak tersedia dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus rasional.
Vj = 10Cj Rj A
dengan :
Vj =
Aliran bulanan dari seluruh daerah tadah hujan untuk bulan j (m3/det)
Rj =
Curah hujan bulanan untuk bulan j (mm/bulan)
Cj =
Koefisien pengaliran untuk bulan j
A = Luas daerah tadah hujan efektif (ha), yaitu luas daerah
tadah hujan setelah dikurangi luas kolam embung
V =
Aliran masuk ke embung selama musim hujan (m3)
Nilai koefisien
pengaliran (C) dapat ditentukan berdasarkan tinggi hujan bulanan dan kemiringan
lahan.
(2) Hujan
Rata-rata bulanan
Daerah
tangkapan hujan dan kolam embung relatif sangat kecil sehingga perkiraan aliran
sudah cukup teliti bila diambil secara bulanan. Apalagi di daerah semi kering
pada umumnya aliran dasar tidak ada dan embung tidak dibangun di sungai. Dalam
keadaan seperti itu aliran masuk ke embung hanya dapat diperkirakan dari curah
hujan. Curah hujan rata-rata bulanan dihitung melalui data dari pos hujan
terdekat.
(3) Evaporasi
dan Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi potensial dan evaporasi
hampir sama dari tahun ke tahun, dan dari satu lokasi ke lokasi lain di wilayah
yang sama. Karena itu, dapat dipilih satu set evapotranspirasi penuh potensial
yang mewakili seluruh wilayah.
Evapotranspirasi potensial adalah jumlah
air yang dapat diuapkan bila ketersediaan air permukaan dan bawah permukaan
dianggap berlebihan serta permukaan tanah ditutupi dengan jenis tanaman
tertentu.
Sedangkan kehilangan air karena
evapotranspirasi pada kondisi ketersediaan air dan penutup lahan yang
sebenarnya sering disebut sebagai evapotranspirasi sebenarnya, nilainya lebih
kecil atau sama dengan evapotranspirasi potensial.
Evapotranspirasi potensial dibutuhkan
sebagai masukan untuk perhitungan debit bulanan, sedangkan penguapan dipakai
untuk menghitung kapasitas embung yang diperlukan. Kedua parameter tersebut
diperlukan dalam rata-rata bulanan.
(4) Tampungan
Embung
(a) Kapasitas
Tampungan
Embung yang akan dikembangkan diharapkan
dapat menampung penuh air di musim hujan dan kemudian dioperasikan selama musim
kemarau untuk melayani berbagai kebutuhan. Di daerah semi kering musim hujan
akan berlangsung pendek 3-5 bulan, sedangkan musim kemarau berlangsung lebih
dari 6 bulan, yaitu 7-9 bulan.
Dengan demikian kapasitas tampung embung
yang dibutuhkan harus dapat memenuhi kebutuhan pada saat musim kemarau. Selain
itu juga harus mempertimbangkan kehilangan air oleh penguapan di kolam dan
resapan di dasar dan dinding kolam, serta menyediakan ruangan untuk sedimen.
Jadi kapasitas tampung yang diperlukan (Vn) untuk semua embung
adalah :
Vn
= Vu + Ve
+ Vi + Vs
dengan :
Vn = Kapasitas
tampung total yang diperlukan suatu desa (m3)
Vu
= Volume hidup untuk melayani
berbagai kebutuhan (m3)
Ve = Jumlah penguapan kolam selama
musim kering (m3)
Vi = Jumlah resapan melalui dasar,
dinding, dan tubuh embung
selama musim kemarau (m3)
Vs = Ruangan yang
disediakan untuk sedimen (m3)
Namun
demikian dalam menentukan kapasitas total suatu embung harus pula
mempertimbangkan volume atau debit air yang tersedia (Vh) dan kemampuan
topografi untuk menampung air (Vp). Apabila air yang tersedia atau kemampuan
topografi kecil maka embung harus didesain dengan kapasitas yang lebih kecil
dari pada kebutuhan maksimum suatu desa.
.
(b) Ketersediaan
Air
Air yang mengalir kedalam embung terdiri
atas dua kelompok, yaitu Air permukaan dari seluruh daerah tadah hujan, dan Air
hujan yang langsung jatuh di atas permukaan kolam. Dengan demikian jumlah air
yang masuk ke dalam embung dapat dinyatakan seperti berikut ini.
Vh = SVj + 10 . .Akt . SRj
dengan :
Vh =
Volume air yang dapat mengisi kolam embung selama musim
hujan (m3)
Vj = Aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan)
SVj = Jumlah
aliran total selama musim hujan (m3)
Rj =
Curah hujan bulanan pada bulan j (mm/bulan)
SRj = Curah
hujan total selama musim hujan (mm), curah hujan musim kemarau diabaikan
Akt = Luas permukaan kolam
embung (Ha)
Volume
air yang dapat mengisi embung (Vh) merupakan jumlah air maksimum
yang dapat mengisi kolam embung. Oleh karena itu air yang tersedia ini harus
dibandingkan dengan kapasitas tampung yang diperlukan (Vn) dalam
menentukan kapasitas total/tinggi embung.
(c)
Kebutuhan Air dan Tampungan Hidup (Vu)
Berdasarkan penelitian Litbang Pengairan
mengenai kebutuhan air untuk penduduk, hewan, dan kebun, maka dapat disimpulkan
bahwa :
a.
Kebutuhan air untuk penduduk Qp = 150 l/hr/KK
b.
Kebutuhan air untuk ternak Qh = 200
l/hr/KK *)
c.
Kebutuhan air untuk kebun = 450 l/hr/KK **)
Total Qu = 800
l/hari/KK
Dengan asumsi :
*)
Tiap KK dianggap memiliki 20 ekor ternak, KK = Kepala Keluarga
**) Tiap KK dianggap menggarap kebun
seluas 200 m2
Kalau angka ini dianggap mewakili
kebutuhan di daerah semi kering lainnya, maka kebutuhan total untuk tampungan
hidup (Vu) adalah :
Vu = Jh x JKK x Qu
Dengan
:
JKK = Jumlah KK per desa, data dapat diperoleh
dari buku statistik yang dikeluarkan Pemerintah Daerah
setempat, atau survey lapangan.
Jh = Jumlah hari selama musim
kemarau, yang secara praktis sebesar 8 bulan x 30 hari
= 240 hari
Qu = Kebutuhan
air untuk penduduk, ternak, dan kebun (l/hari/KK)
Dengan memasukkan besaran diatas, maka :
Vu =
240 x JKK x 800
=
192000 JKK (dalam liter)
=
192 JKK (dalam m3)
(d) Ruang
Sedimen ( Vs)
Ruang untuk sedimen perlu disediakan
dikolam embung, Berdasarkan pengamatan, ruang sedimen diperkirakan setinggi
1.00 m diatas dasar kolam.
(e) Jumlah
Penguapan (Ve)
Di daerah semi kering penguapan dari kolam
embung akan relatif cukup besar jumlahnya apalagi aliran masuk di musim kering
tidak ada. Dengan demikian jumlah penguapan selama musim kemarau perlu
diperhitungkan dalam penentuan kapasitas atau tinggi embung. Penguapan di
permukaan kolam embung dapat dihitung secara sederhana seperti berikut ini.
Ve = 10.Akt.SEkj
Dengan :
Ve = Jumlah penguapan
dari kolam embung selama musim kemarau (m3)
Akt = Luas permukaan kolam
embung pada setengah tinggi (Ha)
Ekj = Penguapan bulanan di
musim kemarau pada bulan ke-1
(mm/bulan)
(f)
Jumlah
Resapan (Vi)
Air dalam kolam embung akan meresap masuk
kedalam pori
atau rongga di dasar dan dinding kolam. Besarnya resapan ini tergantung dari
sifat lulus air material dasar dan dinding kolam. Sedangkan sifat ini
tergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batuan pembentuk dasar dan
dinding kolam. Secara teoritik perhitungan resapan air ini cukup rumit dan
sulit dilakukan. Tetapi berdasarkan beberapa analisis, dapat ditentukan cara
praktis untuk menentukan besarnya
resapan air kolam embung.
Vi = K.Vu
Dengan
Vi =
Jumlah resapan tahunan (m3)
Vu =
Jumlah air untuk berbagai kebutuhan (m3)
K =
Faktor, yang nilainya tergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam
embung.
K = 10
%, bila dasar dan dinding kolam emnung praktis rapat air (k-10-5 cm/d), termasuk
penggunaan lapisan batuan (selimut lempung,
geomembran, Rubber sheet, semen tanah)
K = 25
%, bila dasar dan dinding kolam embung bersifat semi lulus air (k =
10-3 - 10-4 cm/dt)
(g) Menentukan
Kapasitas Tampung Desain (Vd)
Untuk
menentukan/memilih kapasitas tampung desain suatu embung (Vd) harus
membandingkan ketiga hal, yaitu : Volume
tampungan yang diperlukan (Vn), untuk menyediakan:
·
Kebutuhan penduduk, hewan, dan kebun (Vu) di suatu desa
·
Volume cadangan untuk kehilangan air karena penguapan (Ve), dan
resapan (Vi)
·
Ruangan untuk menampung sedimen (Vs)
·
Volume air yang tersedia (potensi) selama musim hujan (Vh), yang
merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi kolam embung,
·
Daya tampung (potensi) topografi untuk menampung air (Vp), yaitu
volume maksimum kolam embung yeng terbentuk karena dibangunnya suatu embung.
Dari ketiga besaran tersebut, dipilih yang
terkecil sebagai kapasitas tampung desain suatu embung (Vd).
Bilamana Vh atau Vp yang menentukan, maka kemampuan
embung melayani penduduk akan berkurang yaitu tidak sebesar yang diperlukan (Vn).